Sabtu, 04 Agustus 2012

Depresi Perpendek Hidup Pasien Kanker


Hampir setiap pasien kanker akan mengalami gejolak emosi saat mengetahui dirinya mengidap kanker. Sebaiknya segera diatasi karena tubuh Anda harus menghadapi sejumlah tantangan fisik. Depresi bisa menghambat proses kesembuhan pasien kanker.

Para pakar di University of Texas M.D Anderson Cancer Center berpendapat hal ini mungkin terkait dengan pengaturan hormon stres yang abnormal dan peradangan (inflamasi) ekspresi gen. Hasil penelitian ini dipublikasikan pada 1 Agustus 2012 dalam PLoS ONE.

"Temuan kami menunjukkan bahwa kesehatan mental dan sosial dapat mempengaruhi proses biologis, yang memengaruhi perkembangan kanker," kata peneliti, Lorenzo Cohen, dalam sebuah rilis berita.

"Penelitian juga menunjukkan bahwa skrining untuk kesehatan mental harus menjadi bagian dari perawatan standar, bahkan untuk menghadapi penyakit yang bisa mengancam jiwa," tambah Cohen.

Untuk membuktikan temuannya tersebut, para peneliti menganalisis survei yang diselesaikan selama jangka waktu lima tahun dengan melibatkan 217 pasien yang baru didiagnosis dengan kanker ginjal yang telah menyebar.

Para peserta diminta menjawab pertanyaan tentang bagaimana kehidupan agama dan spiritual mereka. Mereka juga ditanya tentang gejala depresi, dukungan sosial, kualitas hidup dan cara mengatasi permasalahan. Selain itu, partisipan juga diminta sampel darah serta lima sampel air liur setiap hari selama tiga hari.

Para peneliti menggunakan sampel air liur untuk melacak perubahan kadar hormon kortisol, hormon stres yang biasanya tinggi di pagi hari.

Sepanjang penelitian itu, 64 persen pasien meninggal. Kebanyakan atau rata-rata pasien dapat bertahan hanya 1,8 tahun setelah  didiagnosis. Secara keseluruhan, peneliti menemukan bahwa 23 persen pasien mengalami depresi klinis. Peneliti berasumsi bahwa depresi dapat menyebabkan kelangsungan hidup pasien lebih pendek.

Hasil kajian juga menunjukkan bahwa tingkat kortisol lebih tinggi dari biasanya terkait dengan kelangsungan hidup lebih pendek antara pasien kanker. Dari sini, peneliti menyimpulkan bahwa hubungan antara kesehatan mental pasien dan waktu kelangsungan hidup sangat terkait dengan pengaturan gen inflamasi.

Cohen mengatakan, meski ada hubungan antara depresi dan kelangsungan hidup pasien kanker, hal itu tidak membuktikan hubungan sebab-akibat. "Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyelidiki apakah pengobatan depresi dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker dengan gangguan mood ringan, sedang atau berat," ujar Cohen.


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar