KEINGINAN Indonesia untuk kembali disegani di dalam pertahanan udara, seperti halnya pada dasawarsa 60-an, tampaknya benar-benar akan terwujud, meski untuk melangkah ke sana perlu banyak pertimbangan yang sangat matang, terutama masalah anggaran.
Kala itu, AURI menjadi kekuatan udara terkuat di belahan selatan dunia. Apalagi saat itu, pemerintahan Bung Karno mengerahkan 29 persen APBN Indonesia untuk belanja militer.
Guna mengganti pesawat yang dinilai sudah tergolong tua, TNI-AU mengambil beberapa langkah untuk memodernisasi alutsistanya. Ini juga sebagai wujud dari kebijakan Presiden SBY untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan alutsista, khususnya untuk mengganti pesawat-pesawat yang berusia di atas 30 tahun.
Jenis dan tipe pesawat yang akan dibeli dengan berbagai skema pengadaan itu sangat beragam. Mulai dari EMB-314 Super Tucano dari Brazil pengganti OV-10 F Bronco, enam Sukhoi Su-27/30 MKI Flanker yang juga dilengkapi sistem kesenjataan dan avionik, serta jet latih lanjut-serang ringan T-50 Eagle dari Korea Utara menggantikan Hawk MK-53 buatan Inggris yang akan segera dipensiunkan.
Super Tucano tinggal menunggu realiasinya. Kedatangan tim Korea Aerospace Industry ke Pangkalan Udara Iswahjudi belum lama ini, merupakan bukti konkret bahwa hal ini bukan sekadar janji tapi bukti. Survei yang dilakukan tim Korea Aerospace Industry (KAI) yang dipimpin oleh Gyoung MM Kim, dimaksudkan untuk menyesuaikan persiapan yang perlu dilakukan antara Korea dan Indonesia berkaitan dengan pesawat T-50 Golden Eagle.
Selain mengadakan kunjungan ke Skuadron Udara 15, Tim KAI juga melihat ACMI (Air Combat Manuvering Instrument) dan dilanjutkan ke Skuadron teknik 042.
Kedatangan tim tersebut sebagai tindak lanjut dari kepastian TNI-AU membeli satu skuadron (16 unit) pesawat T50 Golden Eagle dari Korea Selatan pada tahun depan. Pesawat latih tempur itu untuk meningkatkan kemampuan pengendalian pesawat tempur para penerbang TNI AU.
Semula ada beberapa pilihan, di antaranya jet tempur latih buatan Rusia Yakovlev Yak-130 dan buatan Ceko Aero L-159Alca. Bahkan DAPA (Defense Acquisition Program Administration) mengumumkan, pesawat T-50 menjadi salah satu alternatif yang dipilih Indonesia.
Dalam kunjungannya ke Indonesia pada 11 Agustus lalu, Menteri Pertahanan Korsel Kim Tae-Young membawa misi di antaranya adalah menawarkan T-50 ke Indonesia.
Akan Dikirim
Menurut KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat, pengadaan pesawat tersebut sudah masuk dalam anggaran Kementerian Pertahanan. Proses pengadaan T-50 sudah ditetapkan oleh Dephan. Proses pengadaan sudah dimulai. Untuk membeli satu skuadron T-50, pemerintah harus menyiapkan biaya 400 juta dolar AS.
Pesawat rencananya akan mulai dikirim ke Indonesia pada 2012 mendatang. Normalnya sebenarnya 18 bulan, tapi pemerintah Indonesia minta perusahaannya untuk mempercepat.
Pesawat T-50 cocok untuk latihan pilot pesawat Sukhoi dan memiliki kemampuan mirip F 16. Menjadi sangat menarik dari kegunaan T-50 ini, sebelum pilot menerbangkan Sukhoi, mereka akan dilatih menggunakan T-50 lebih dulu. Alasannya, kalau latihannya pakai Sukhoi, biaya operasionalnya cukup besar. Pesawat buatan Korea itu selain untuk latihan, juga bisa digunakan untuk operasi penyerangan ringan.
Jet tempur latih T-50 dikembangkan hasil kerja sama Korea Aerospace Industries (KAI) dan Lockheed Martin dari Amerika Serikat. T-50 dikalahkan M-346 Master buatan Alenia Aermacchi Italia dalam kontes di Uni Emirat Arab dan Singapura. Meski demikian, T-50 sedang berkompetisi dengan M-346 di Israel, Polandia dan Irak.
Kecepatan maksimum T-50 dapat mencapai Mach 1,5 dan mesin dorong 30 ribu tenaga kuda yang di suplai mesin General Electric Turbofan F404-102. Dimensi keseluruhan dari pesawat T-50 ini mempunyai panjang 13,13 meter, lebar 9,45 meter, dan tinggi hampir 5 meter. Berat pesawat ini adalah 6.480 kilogram, hampir menyamai 77% dari beratnya pesawat F-16 Amerika .
Pesawat T-50 ini dilengkapi dengan radar multiguna, sistem navigasi inersial, dan sistem identifikasi musuh secara terpadu (IFF), serta rudal Air to Air Massile System (AAMS) dan Air to Ground Massile System (AGMS) yang siap di tempatkan di sayapnya.
Dalam waktu biasa, T-50 dapat digunakan sebagai jet pelatihan lanjutan, tetapi bilamana mendesak T50 ini bisa diandalkan dalam pertempuran.
T-50 Golden Eagle jet tempur bermesin tunggal dilengkapi sistem data penerbangan dan pelatihan darat modern, membantu para pilot baru yang akan menggunakan jet tempur generasi 5 dan 4.5 dengan mudah.
Pesawat mempunyai kecepatan maksimal 1,5 Mach, termasuk jenis pesawat supersonic atau berkecepatan tinggi, menempatkan T-50 berbeda dari Yak-130 yang masuk dalam golongan subsonic.
Dilengkapi dengan multimode radar, close air support dan kunci senjata A/A dan A/G, pesawat ini disebut juga mampu memenuhi kebutuhan sebagai Light Combat Aircraft jika dibutuhkan. Di Korea sendiri, sedikitnya 57 unit T-50 telah digunakan.
Hubungan Indonesia - Korea sudah lama terjalin di bidang kedirgantaraan,d iantaranya dengan membeli jet latih KT-1 buatan KAI pada 2001 dan 2005, yang salah satunya jatuh di Bandara Ngurah Rai, Bali, saat pesawat ini menggelar joy flight. Selain itu, Indonesia dan Korsel telah menandatangani kerja sama pengembangan jet tempur KF-X.
Bagi pemerintah Korea Selatan, pembelian T-50 oleh Indonesia menjadi catatan tersendiri, karena Indonesia merupakan negara pertama di luar Korsel yang mengoperasikan T-50. Pesawat tempur ini pernah ditampilkan di Ajang Indo Defense 2010 2 November 2010. Ada versi jenis lain yang sudah dilengkapi dengan persenjataan lengkap bagi yang telah siap mengoperasikan. Tapi pesawat T-50 ini pun bisa dimodifikasi dengan menginstall persenjataan yang dibutuhkan tanpa perlu membeli jenis baru yang telah dilengkapi senjata.
Kala itu, AURI menjadi kekuatan udara terkuat di belahan selatan dunia. Apalagi saat itu, pemerintahan Bung Karno mengerahkan 29 persen APBN Indonesia untuk belanja militer.
Guna mengganti pesawat yang dinilai sudah tergolong tua, TNI-AU mengambil beberapa langkah untuk memodernisasi alutsistanya. Ini juga sebagai wujud dari kebijakan Presiden SBY untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan alutsista, khususnya untuk mengganti pesawat-pesawat yang berusia di atas 30 tahun.
Jenis dan tipe pesawat yang akan dibeli dengan berbagai skema pengadaan itu sangat beragam. Mulai dari EMB-314 Super Tucano dari Brazil pengganti OV-10 F Bronco, enam Sukhoi Su-27/30 MKI Flanker yang juga dilengkapi sistem kesenjataan dan avionik, serta jet latih lanjut-serang ringan T-50 Eagle dari Korea Utara menggantikan Hawk MK-53 buatan Inggris yang akan segera dipensiunkan.
Super Tucano tinggal menunggu realiasinya. Kedatangan tim Korea Aerospace Industry ke Pangkalan Udara Iswahjudi belum lama ini, merupakan bukti konkret bahwa hal ini bukan sekadar janji tapi bukti. Survei yang dilakukan tim Korea Aerospace Industry (KAI) yang dipimpin oleh Gyoung MM Kim, dimaksudkan untuk menyesuaikan persiapan yang perlu dilakukan antara Korea dan Indonesia berkaitan dengan pesawat T-50 Golden Eagle.
Selain mengadakan kunjungan ke Skuadron Udara 15, Tim KAI juga melihat ACMI (Air Combat Manuvering Instrument) dan dilanjutkan ke Skuadron teknik 042.
Kedatangan tim tersebut sebagai tindak lanjut dari kepastian TNI-AU membeli satu skuadron (16 unit) pesawat T50 Golden Eagle dari Korea Selatan pada tahun depan. Pesawat latih tempur itu untuk meningkatkan kemampuan pengendalian pesawat tempur para penerbang TNI AU.
Semula ada beberapa pilihan, di antaranya jet tempur latih buatan Rusia Yakovlev Yak-130 dan buatan Ceko Aero L-159Alca. Bahkan DAPA (Defense Acquisition Program Administration) mengumumkan, pesawat T-50 menjadi salah satu alternatif yang dipilih Indonesia.
Dalam kunjungannya ke Indonesia pada 11 Agustus lalu, Menteri Pertahanan Korsel Kim Tae-Young membawa misi di antaranya adalah menawarkan T-50 ke Indonesia.
Akan Dikirim
Menurut KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat, pengadaan pesawat tersebut sudah masuk dalam anggaran Kementerian Pertahanan. Proses pengadaan T-50 sudah ditetapkan oleh Dephan. Proses pengadaan sudah dimulai. Untuk membeli satu skuadron T-50, pemerintah harus menyiapkan biaya 400 juta dolar AS.
Pesawat rencananya akan mulai dikirim ke Indonesia pada 2012 mendatang. Normalnya sebenarnya 18 bulan, tapi pemerintah Indonesia minta perusahaannya untuk mempercepat.
Pesawat T-50 cocok untuk latihan pilot pesawat Sukhoi dan memiliki kemampuan mirip F 16. Menjadi sangat menarik dari kegunaan T-50 ini, sebelum pilot menerbangkan Sukhoi, mereka akan dilatih menggunakan T-50 lebih dulu. Alasannya, kalau latihannya pakai Sukhoi, biaya operasionalnya cukup besar. Pesawat buatan Korea itu selain untuk latihan, juga bisa digunakan untuk operasi penyerangan ringan.
Jet tempur latih T-50 dikembangkan hasil kerja sama Korea Aerospace Industries (KAI) dan Lockheed Martin dari Amerika Serikat. T-50 dikalahkan M-346 Master buatan Alenia Aermacchi Italia dalam kontes di Uni Emirat Arab dan Singapura. Meski demikian, T-50 sedang berkompetisi dengan M-346 di Israel, Polandia dan Irak.
Kecepatan maksimum T-50 dapat mencapai Mach 1,5 dan mesin dorong 30 ribu tenaga kuda yang di suplai mesin General Electric Turbofan F404-102. Dimensi keseluruhan dari pesawat T-50 ini mempunyai panjang 13,13 meter, lebar 9,45 meter, dan tinggi hampir 5 meter. Berat pesawat ini adalah 6.480 kilogram, hampir menyamai 77% dari beratnya pesawat F-16 Amerika .
Pesawat T-50 ini dilengkapi dengan radar multiguna, sistem navigasi inersial, dan sistem identifikasi musuh secara terpadu (IFF), serta rudal Air to Air Massile System (AAMS) dan Air to Ground Massile System (AGMS) yang siap di tempatkan di sayapnya.
Dalam waktu biasa, T-50 dapat digunakan sebagai jet pelatihan lanjutan, tetapi bilamana mendesak T50 ini bisa diandalkan dalam pertempuran.
T-50 Golden Eagle jet tempur bermesin tunggal dilengkapi sistem data penerbangan dan pelatihan darat modern, membantu para pilot baru yang akan menggunakan jet tempur generasi 5 dan 4.5 dengan mudah.
Pesawat mempunyai kecepatan maksimal 1,5 Mach, termasuk jenis pesawat supersonic atau berkecepatan tinggi, menempatkan T-50 berbeda dari Yak-130 yang masuk dalam golongan subsonic.
Dilengkapi dengan multimode radar, close air support dan kunci senjata A/A dan A/G, pesawat ini disebut juga mampu memenuhi kebutuhan sebagai Light Combat Aircraft jika dibutuhkan. Di Korea sendiri, sedikitnya 57 unit T-50 telah digunakan.
Hubungan Indonesia - Korea sudah lama terjalin di bidang kedirgantaraan,d iantaranya dengan membeli jet latih KT-1 buatan KAI pada 2001 dan 2005, yang salah satunya jatuh di Bandara Ngurah Rai, Bali, saat pesawat ini menggelar joy flight. Selain itu, Indonesia dan Korsel telah menandatangani kerja sama pengembangan jet tempur KF-X.
Bagi pemerintah Korea Selatan, pembelian T-50 oleh Indonesia menjadi catatan tersendiri, karena Indonesia merupakan negara pertama di luar Korsel yang mengoperasikan T-50. Pesawat tempur ini pernah ditampilkan di Ajang Indo Defense 2010 2 November 2010. Ada versi jenis lain yang sudah dilengkapi dengan persenjataan lengkap bagi yang telah siap mengoperasikan. Tapi pesawat T-50 ini pun bisa dimodifikasi dengan menginstall persenjataan yang dibutuhkan tanpa perlu membeli jenis baru yang telah dilengkapi senjata.
0 komentar:
Posting Komentar