AKARTA, KOMPAS.com - Pengusaha nasional Chairul
Tanjung berpendapat, bahwa konflik di masyarakat bisa tidak terjadi bila
tingkat pengangguran ditekan sekecil-kecilnya. "Banyak masalah di
republik kita, khususnya masalah sosial," kata Chairul, ketika menjawab
pertanyaan salah seorang peserta dalam peluncuran bukunya "Chairul
Tanjung Si Anak Singkong," di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta,
Senin (2/7/2012).
Ia menjelaskan, jumlah penduduk Indonesia
terbilang besar. Ada lebih dari 240 juta orang penduduk yang mendiami
Nusantara. Luasan geografis pun luar biasa. "Punya lebih dari 13 ribu
pulau dan mayoritas belum dinamai," sambung dia.
Tidak hanya itu,
jumlah suku bangsa pun terbilang banyak. Keragaman Indonesia tersebut
lantas, kata Chairul, menjadi potensi konflik yang sangat tinggi.
Konflik bisa terjadi antarsuku, agama, hingga gender. Namun,
berdasarkan pengalamannya membaca buku sejarah mengenai bagaimana
Pancasila itu dibuat para pendiri negara, ia pun meyakini faktor
persatuan itu ada di tengah-tengah keberagaman Indonesia (unity in diversity). Dan, salah satu prasyarat untuk mewujudkan itu adalah kalau semua perut rakyat Indonesia kenyang.
"Potensi konflik akan terjadi kalau sebagian ada yang lapar, sebagian ada yang kenyang," tegas Chairul.
Kondisi
yang tak imbang bisa memancing keadaan sosial yang tidak stabil. Dan,
kondisi sosial tak bisa lepas dari kondisi ekonomi. Oleh karenanya,
sebagai solusi, tingkat pengangguran harus ditekan.
"Kalau
seandainya pengangguran itu bisa kita tekan sampai sekecil-kecilnya,
kemiskinan bisa kita tekan sekecil-kecilnya, maka potensi kerawanan
sosial dan lain sebagainya itu tidak akan terjadi," tutur Chairul.
Selain
itu, ia menegaskan, faktor pendidikan juga penting sebagai kunci untuk
mengentaskan kemiskinan. "Karena pendidikan akan memutus mata rantai
kemiskinan. Dan kalau dia sudah tidak miskin maka dia akan tidak
menimbulkan permasalahan dari masalah sosial," pungkasnya.
Editor :
Pepih Nugraha
0 komentar:
Posting Komentar